Renungan kita kali ini ialah tentang detik-detik kehidupan
pertama syahid dan detik-detik terakhir terakhir kehidupan mujahid.. Itulah
detik-detik yang dihindari banyak orang dan dicemaskan para pahlawan dunia.
Itulah detik-detik di mana seseorang meninggalkan kehidupannya dan
mimpi-mimpinya. Kehidupan itu tiba-tiba terputus dan ia pun berada di dunia
lain yang belum pernah disaksikannya dan belum pernah diketahuinya kecuali
melalui berita saja.
Detik-detik tersebut adalah detik-detik pertama orang yang
mati syahid. Itulah detik-detik permulaan dan di hadapan pintu Barzakh.
Permulaan ia meninggalkan dunia menuju akhirat. Akhir keberadaannya sebagai
seorang muslim yang hidup menuju permulaan kehidupan syahadah yang abadi..
Detik-detik mengagumkan dalam kamus seseorang. Detik-detik
yang tidak dipahami oleh sembarang manusia. Itulah detik-detik yang tidak ingin
digapai kecuali oleh orang-orang beriman. Detik-detik yang tidak bisa
dijelaskan dengan kata-kata..
Detik-detik kedatangan dan kepergian yang menyatu.
Detik-detik akal seorang Mukmin menyikapinya dengan bingung: apakah harus
didoakan dapat keberkahan atau disedihkan. Apakah diberi ucapan selamat atau
belasungkawa. Apakah harus menangisinya atau berbahagia.. Kesedihan atau
kebahagiaan dan pelukan.
Bagaimana kondisi detik-detik tersebut? Tuhan Pemilik
Kemuliaan tertawa kepadanya! Betapa mulia dan berwibawanya situasi dan kondisi
itu. Masih adakah yang lain setelah itu, wahai syahid?
Seorang yang terpercaya bercerita: Kami diberitahu oleh
seorang komandan jihad, Kami bersama beberapa ikhwan berada di medan tempur. Lalu, tiba-tiba seorang ikhwan
berteriak kepada kami, Surga! Lihatlah, itu surga! Ia menunjukkan tangannya ke
depan, dan tidak berselang lama peluru meleset dan mengenai kepalanya, lalu ia
pun tersungkur mati. Semoga Allah merahmatinya.
Sesungguhnya orang yang mati syahid itu memiliki beberapa
tanda..(Di antaranya adalah) Ia melihat tempat tinggalnya di surga.. (HR
Tirmidzi, Shahih).
Allah tersenyum kepadanya dan memperlihatkan surga
kepadanya! Alangkah besar karunia itu! Adakah harapan yang lebih besar dari itu
wahai syahid?
Banyak pahlawan meninggalkan medan perang karena menyangka peluru yang
bersarang di badan itu mengakibatkan penderitaan. Tetapi, orang mukmin maju
terus karena ia tahu keadaan yang sebenarnya. Tidaklah orang yang mati syahid
itu merasakan sakit saat terbunuh melainkan seperti salah seorang dari kalian
merasakan cubitan. (HR Ahmad, Tirmidzi, dan Nasaâi dengan sanad yang baik).
Allah tersenyum kepadanya dan menunjukkan tempatnya di surga
dan ia pun tidak mengeluh saat mati! Betapa mulianya engkau di mata
Allah..Lalu, apa lagi setelah itu wahai syahid?
Orang mukmin itu takut berbuat dosa dan berharap taubat
sebelum mati. Rasulullah bersabda, Dan orang mukmin yang membersihkan dirinya
dari berbagai dosa dan kesalahan, ia berjihad di jalan Allah dengan jiwa dan
hartanya hingga ketika ia berhadapan dengan musuh, maka ia bertempur hingga
terbunuh. Itulah kain seka yang menghapus dosa-dosa dan kesalahan-kesalahannya.
Sesungguhnya pedang adalah penghapus dosa. (al-Musnad dan Shahih Ibni Hibban).
Apakah Anda takut dosa? Sesungguhnya orang yang syahid itu
memiliki keistimewaan di sisi Allah: dosanya diampuni sejak tetasan darahnya
yang pertama. (HR Ahmad, shahih menurut Tirmidzi).
Allah tertawa kepadanya, memperlihatkan tempatnya di surga,
ia pun tidak mengaduh pada detik-detik kematian, dan dosa-dosanya dihapus,
kecuali hutang. (Shahih Muslim)
Betapa agungnya mati syahid di jalan Allah. Apakah engkau
puas, wahai syahid?. Manusia di dalam kubur menghadapi ujian, sementara teman
kita (syahid) bergembira ria di dalamnya. Imam Nasaâi dan perawi lain
menceritakan seseorang yang bertanya, Ya Rasulullah, mengapa orang-orang mukmin
menghadapi ujian kecuali syahid? Nabi saw pun menjawab, Kilau pedang di atas
kepalanya itu sudah cukup menjadi fitnah (ujian) baginya.
Allah tertawa kepadanya sambil memperlihatkan tempatnya di
surga sebelum merasakan kematian. Ia sedikitpun tidak merasakan sakitnya
kematian. Dosa-dosanya dihapus sejak tetesan darahnya yang pertama. Ia terjaga
dari siksa kubur.
Semua ini terjadi dalam waktu yang singkat di mana semua
orang takut menghadapinya. Itulah detik- detik ujian. Waktu yang amat singkat
yang dilalui orang mukmin yang tangguh saat ia melihat darahnya lalu sekejap
sesudahnya ia melihat hasil jerih payahnya.
Belum kering tanah dari darah syahid, hingga kedua istrinya
(bidadari) menjemputnya. Keduanya bak burung yang mengepakkan sayapnya.
Keduanya lalu mendarat ke tanah. Dan di tangan masing-masing bidadari itu ada
perhiasan yang lebih baik daripada dunia dan seisinya. (HR Ahmad)
Tidakkah dua bidadari cukup bagimu wahai sang syahid? Apakah
engkau mengharapkan kemuliaan yang lebih besar? Demi Allah, engkau mendapat apa
yang kauinginkan. Dari Jabir bin Abdullah, ia berkata: Ayahku dibawa kepadaaa
Rasulullah saw sedangkan tubuhnya sudah terpotong-potong. Lalu diletakan di
hadapan Rasul saw. Aku bermaksud membuka penutup wajahnya, lalu kaumku
melarangku. Lalu terdengarlah suara wanita yang berteriak. Dia adalah putri
Amr” konon saudari ˜Amr. Rasulpun bersabda: “Mengapa kamu menangis”atau:
janganlah kamu menangis! Karena para malaikat senantiasa menaunginya dengan
sayap-sayapnya (HR Bukhari)
Alangkah agungnya seorang yang syahid Di akhirat ia
memperoleh kebesaran luar biasa. Dia tidak meninggalkan dunia ini kecuali
dengan barisan yang mulia. Manusia menangis, sedangkan syahid tetawa.
Orang-orang ketakutan, sementara syahid di surga hidup nikmat. Delegasinya
mulia dan uruannya amat besar. Dia hadir ke dunia sebagaimana manusia lainnya..
Sedangkan keluarnya dari dunia ini membuat nafas ini terhenti.. Ah.. Alangkah
indahnya mati syahid. Siapa yang meraihnya berarti ia meraih surge dan siapa
yang lari darinya maka pasti ia mengalami kekurangan. Kita berlindung pada
Allah dari kerugian.
Semua manusia mati, tetapi syahid tidak mati..Semua manusia
menangis, tetapi syahid tersenyum. Ia mendekap kematian dengan dada yang
dipenuhi pancaran iman dan mengobarkan kerinduan akan pertemuan dengan
bidadari-bidadari nan cantik bak permata yaqut dan marjan.
Dan janganlah kamu mengira bahwa orang-orang yang gugur di
jalan Allah itu mati; bahkan mereka itu hidup di sisi Tuhannya dengan mendapat
rezki. Mereka dalam keadaan gembira disebabkan karunia Allah yang diberikan-Nya
kepada mereka, dan mereka mendapar kabar gembira terhadap orang-orang yang masih
tinggal di belakang yang belum menyusul mereka, bahwa tidak ada kekhawatiran
terhadap mereka dan tidak (pula) mereka bersedih hati.
“Mereka bergirang hati dengan nikmat dan karunia yang besar
dari Allah, dan bahwa Allah tidak menyia-nyiakan pahala orang-orang yang
beriman. (Yaitu) orang-orang yang menyambut perintah Allah dan Rasul-Nya
sesudah mereka mendapat luka (dalam peperangan Uhud). Bagi orang-orang yang
berbuat kebaikan di antara mereka dan yang bertakwa ada pahala yang besar.
(Yaitu) orang-orang (yang menaati Allah dan Rasul) yang kepada mereka ada
orang-orang yang mengatakan: Sesungguhnya manusia telah mengumpulkan pasukan
untuk menyerang kamu, karena itu takutlah kepada mereka, maka perkataan itu
menambah keimanan mereka dan mereka menjawab: Cukuplah Allah menjadi Penolong
kami dan Allah adalah sebaik-baik Pelindung. (Ali Imran: 169-173)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar